Media Bawean, 14 April 2013
Lomba Menulis Opini dan Artikel
Kategori Umum
Nama Penulis : N.R. Alifa Mariani Saleha Soerianingrat
Alamat : Jalan Gegerkalong Tengah No.10 Bandung 40153.
Pekerjaan : Mahasiswa
Email : alifamariani@gmail.com
Pulau Bawean merupakan sebuah pulau berpenduduk sekitar 70.000 jiwa yang terletak sekitar 120 kilometer dari Gresik, Jawa Timur. Pulau yang belum seterkenal pulau-pulau tujuan wisata lainnya di Indonesia ini rupanya menyembunyikan keindahan alam yang sangat memesona siapapun yang datang ke sana.
Tempat-tempat wisata bawah laut, terumbu karang nan cantik, air terjun yang indah, tempat penangkaran rusa, dan gua-gua merupakan sebagian kecil dari tujuan wisata yang wisatawan dapat kunjungi di sana. Sebagai sebuah pulau yang dikelilingi lautan, merupakan hal yang wajar jika Pulau Bawean dikelilingi oleh jajaran terumbu karang yang cantik dan memiliki berbagai warna. Jenis-jenis spesies ikan yang hidup di sekitaran habitat ini pun beragam dan juga tak kalah cantik yang sudah mampu menembus pasar ekspor.
Selain jajaran terumbu karangnya yang cantik-cantik, pulau ini pun masih menawarkan beberapa air terjun yang tersebar di sekitaran pulau. Air terjun-air terjun ini masih sangat terjaga kebersihannya dan dimanfaatkan oleh warga untuk tempat didirikannya pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Namun, tidak hanya air terjun yang dapat dikunjungi oleh wisatawan, karena Danau Kastoba adalah satu-satunya danau yang terletak di tengah pulau. Wisatawan yang datang ke danau ini dapat memancing ikan, bermain air, berenang, dan lain-lain. Danau ini sangat cocok dikunjungi untuk Anda yang ingin melepas lelah dan jenuh setelah berbagai aktivitas yang tak kunjung henti. Sayangnya, ada beberapa masyarakat sekitar yang kurang mendukung danau ini untuk dijadikan tempat pariwisata, karena mereka menganggap danau ini keramat.
Namun dibalik semua keindahan alam Bawean yang memikat itu, tersembunyi sebuah ironi yang cukup menyedihkan. Pulau Bawean yang terletak cukup jauh dari pulau Jawa itu, membuat wisatawan sedikit enggan untuk mengunjunginya. Hal ini sebenarnya tidak akan menjadi hal yang buruk jika mengingat potensi wisata yang dimilikinya. Sayangnya, keadaan transportasi yang kurang memadai serta jalanan yang harus dilalui menuju ke pulau ini bisa menjadi cukup alasan mengapa orang-orang lebih memilih untuk berkunjung ke pulau lain.
Mobilitas penduduk pulau ini yang cukup aktif pun dapat menjadi bencana tersendiri bagi pulau yang tidak terlalu besar ini. Karena pesatnya pembangunan rumah-rumah dari beton di pulau ini, dikhawatirkan tidak akan cukup tersisa lahan hijau kosong untuk resapan air hujan. Dampaknya, pulau ini dapat saja dibanjiri air sewaktu-waktu dan bahkan berpotensi tenggelam.
Sebaiknya, jika pemerintah memang memiliki niat untuk mengangkat potensi wisata pulau ini, baiknya pemerintah melakukan perbaikan besar-besaran dalam hal jalur transportasi dari dan ke pulau ini, baik jalur darat, laut, maupun udara. Selain itu, disediakannya penginapan-penginapan untuk wisatawan, tanpa harus menutup terlalu banyak lahan resapan serta menggencarkan promosi akan pulau ini juga baiknya dilakukan. Hal ini untuk dapat dilakukan untuk mendukung sekaligus menggarap potensi wisata pulau ini yang sangat memesona.